Wednesday, November 17, 2010

Bila Berbicara Soal Kebaikan

Kebaikan. Sesuatu yang diimpikan oleh semua manusia. Sekalipun manusia yang jahat, pasti dia juga inginkan kebaikan buat dirinya. Sekalipun manusia itu sering menganiayai manusia lain dan melakukan kejahatan terhadap orang lain, ia tetap tidak suka dan benci orang lain melakukan kejahatan kepada dirinya. Itulah dia, fitrah manusia, inginkan kebaikan. Ingin menjadi baik dan sukakan kebaikan.

Kalau begitu, kenapa masih ramai yang melakukan kejahatan? Menzalimi diri sendiri dan orang lain? Apakah kebaikan itu sendiri sudah dibenci sehingga kejahatan itu diimpi-impikan? Fitrah manusia itu baik, namun ia boleh berubah dan bertukar arah tatkala dirinya dibelenggu nafsu, digoda syaitan.

Bukankah Aku telah perintahkan kamu wahai anak-anak Adam, supaya kamu jangan menyembah Syaitan? Sesungguhnya ia musuh yang nyata terhadap kamu!
(Yaasin: Ayat 60)

Syaitan. Makhluk yang paling ingin melihat kehancuran bagi umat manusia. Sejak azali sampai bila-bila. Sampai kita bertemu Tuhan dan sampai kita terjerumus ke dalam neraka bersama-samanya. Saat itu ia berlepas diri daripada kita kerana dia juga akan dibelenggu Tuhan. Saat itu kita bakal menyesal dan tidak ada lagi jalan keluar. Bila berbicara soal, kebaikan, semua orang suka, semua orang nak. Tapi tak semua orang betul-betul mengimpikan kebaikan itu dalam ertikata yang sebenar. Kebaikan sebenar itu adalah hidup berlandaskan aturan Tuhan, Allah dan Rasul, Muhammad.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (dan berkelengkapan sesuai dengan keadaannya). Kemudian (jika ia panjang umur sehingga tua atau menyalahgunakan kelengkapan itu), Kami kembalikan dia ke serendah-rendah peringkat orang-orang yang rendah. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, maka mereka beroleh pahala yang tidak putus-putus.”
(At-Tiin: Ayat 4-6)


Iman. Ada naik dan ada turunnya. Ada saat kita merasa dekat dengan syurga, ada ketika kita merasa paling layak dihumban ke neraka. Saat iman itu memuncak, kebaikan menjadi bunganya. Saat iman itu lebur dengan dunia, kejahatan bertakhta dan manusia menjadi gila, hilang pegangan dan hilang tujuan. Maka tidak ada yang dapat menjadi sebab agar kebaikan itu tersebar ke seluruh pelosok dunia, melainkan iman. Yang benar dan teguh, yang mantap dan kukuh. Kalau iman itu menjadi nyawa kepada kehidupan, maka kebaikan akan menjadi buah yang dapat dinikmati bersama. Namun iman itu disertai amal soleh, ada pahala tak putus-putus yang menanti di penghujungnya.

Dan katakanlah (wahai Muhammad): Beramalah kamu (akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Ia menerangkan kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan.
(At-Taubah: Ayat 105)


Bicara. Ramai orang suka berbicara, tapi hakikatnya dia sendiri tak pernah peduli dan tak pernah berusaha untuk merealisasikan kebaikan. Saat melihat orang melakukan kejahatan, dia bicara lebat, ingin menunjukkan dirinya hebat dan paling baik di dunia. Tapi saat dirinya sendiri terjebak ke dalam kejahatan, kes ditutup, biar saja terpadam. Tak mahu diterima kritikan dan nasihat orang lain. Di satu sudut, ada manusia yang hanya inginkan kebaikan. Di satu perspektif yang lain, ada segolongan insan terpilih yang maju ke hadapan dan berusaha menyebarkan kebaikan dan memperjuangkannya. Dia sendiri baik, dan dia ingin semua manusia menjadi baik. Dia tidak peduli berapa ramai yang menjadi baik dengan usahanya, namun dia sentiasa merenung setakat mana dia telah bertungkus lumus untuk menyampaikan mesej kebaikan.

Bila berbicara soal kebaikan, ia adalah indah. Namun bila bicara itu dibawa ke dalam kehidupan, ia menjadi mencabar, tak mudah. Kesimpulannya, jangan hanya bicara tentang kebaikan, bekerjalah untuk menyebarluaskan kebaikan dan memastikan manusia menjadi baik. Memperjuangkan kebaikan itu bertitik tolak daripada perjuangan iman, untuk Allah dan Rasul, juga demi menentang Syaitan, musuh manusia paling nyata.

Wallahua’lam.


No comments:

Post a Comment