Wednesday, November 17, 2010

Hidayah Allah SWT

(sumber : Kuliah Aqidah Islam. Drs. Yunahar Ilyas)

Maksud Al-Hidayah di dalam Al Quran mempunyai dua pengertian :

  1. Ad-dilalah wal-irsyad (menunjukan dan membimbing) misal dalam QS Fushshilat:17 :

“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan”

2. Idkhalul iman ilal qalb (memasukkan iman ke dalam hati, atau menjadikan seseorang beriman). Misalnya firman Allah dalam QS Al Qashash : 56 :

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mahu menerima petunjuk.”

Hidayah dalam pengertian pertama boleh dilakukan oleh para Nabi, Rasul, Ulama, Mubaligh, Guru dan siapa saja yang mampu dan mahu melakukannya. Tetapi hidayah dalam pengertian yang kedua hanyalah mutlak milik Allah SWT. Dalam surat An Nahl : 93 ditegaskan lagi oleh Allah SWT :

“Dan kalau Allah menghendaki, nescaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki- Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.”

Namun demikian, di samping meyakini bahwa kehendak Allah mutlak dalam memberi hidayah atau menyesatkan seseorang, kita tidak boleh melupakan bahwa Allah SWT juga bersifat Maha Adil. Maka tidak mungkin Allah SWT menyesatkan orang yang berhak mendapatkan hidayah, sebagaimana tidak mungkin pula memberi hidayah kepada orang yang berhak mendapat kesesatan. Tetapi siapakah yang mereka yang dikendaki oleh Allah mendapatkan kesesatan, dan siapa pula mereka yang dikendaki-Nya untuk mendapatkan hidayah?

Orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan hidayah adalah mereka yang membuka hatinya kepada hidayah, yang membuka akalnya kepada kebenaran, yang mencari dan menerima manhaj Allah dengan ikhlas dan jujur, dan tunduk kepada agama-Nya dengan penuh ketaatan dan penyerahan. Mereka inilah yang akan ditolong oleh Allah untuk mendapatkan hidayah, dihantarkan kepadanya, didorong melakukan dan ditambah keimanan dan petunjuk mereka di dalam kehidupan ini. Tentang mereka ini Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang mahu menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS Muhammad :17)

Allah berfirman :

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al Kahfi : 13)

Adapun orang-orang yang akan dikehendaki Allah SWT untuk mendapatkan kesesatan, adalah mereka yang lari dari kebenaran, berpaling dari petunjuk dan menutup semua pintu yang ada dalam dirinya sehingga hidayah tidak boleh masuk. Bahkan di dalam diri mereka sama sekali tidak ada kesediaan untuk menerima manhaj yang diturunkan Allah SWT. Mereka tuli, bisu dan buta. Dengan demikian mereka tidak lagi dapat berpikir. Kalau mereka mengingkari Allah dan menolak agama-Nya, maka bagaimana Ia akan memberi hidayah kepada mereka, sedang Allah SWT berfirman :

“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 264)

Begitu juga dengan orang-orang fasik yang tidak mau mentaati Allah, serta orang-orang zalim yang zalim kepada Allah, hamba-Nya dan dirinya sendiri, Allah tidak akan memberikan hidayah kepada mereka :

“Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. Al Maidah : 108)

“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Baqarah : 258)

Ada beberapa alasan kenapa Allah SWT memberikan azab kelak di Akherat kepada orang-orang yang menolak hidayah Allah SWT :

1. Mereka dibekali dengan fithrah suci yang berpotensi menerima hidayah dari Allah SWT . Rasulullah SAW bersabda :

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan keadaan fithrah, maka ibu bapaknyalah (yang akan berperan) mengubah anak itu menjadi seorang Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)

2. Mereka diberi alat indera untuk mencari kebenaran. Allah akan meminta pertanggungjawaban penggunaan alat indera tersebut :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isra`:36)

3. Mereka diberi akal untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang hak dan batil, antara hidayah dan dhalal. Allah berfirman tentang penghuni neraka yang menyesal karena di dunia dulu tidak menggunakan akal pikirannya sehingga akhirnya mereka masuk neraka :

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) nescaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni api neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk : 10)

4. Mereka diberi hak ikhtiar untuk menerima atau menolak hidayah Allah SWT. Allah berfirman :

“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (QS. Al Kahfi : 29)

5. Kepada mereka sudah diutus Rasul, diturunkan Kitab Suci, disampaikan dakwah Islam untuk membimbing mereka mencari hidayah Allah SWT. Allah berfirman :

“Dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul” (QS Al Isra’:15)

6. Mereka hanya dibebani hal-hal yang sanggup mereka memikulnya. Allah berfirman

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah : 286)

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS : Al Baqarah : 185)

Dengan alasan-alasan seperti di atas, sangatlah bijaksana dan adil kalau Allah SWT memberikan azab kepada orang-orang yang menolak hidayah Allah SWT sebagai balasan yang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan di dunia.

(tentang hidayah Allah SWT baca Jawapan Tuntas Masalah Taqdir, Dr. Abdullah Nashih `Ulwan, 1982, hal 16-31, 56-63)

Afwan kerana keterbatasan pemahaman saya dan referensi saya disini, bagi akhwatifillah yang ingin tahu lebih jauh tentang hidayah boleh baca buku tersebut ya.

Demikian yang boleh saya sampaikan pada kesempatan ini, waallahua`lam bishowab.

No comments:

Post a Comment